TRIBUNSUMSEL.COM -- Masih banyak di antara orang tua yang suka memarahi anak, saat anak meraih nilai yang jelek atau tidak sesuai yang diharapkan ketika pembagian rapor.

Setelah memarahi anak, orang tua pun membandingkan dengan anak lain. Lebih parah lagi orang tua lalu mengeluarkan kalimat-kalimat negatif yang akan mengakar dipikiran anak.

Sadarkah kita bahwa tiga sikap ini justru akan membuat membuat mental anak semakin down.
Anak akan merasa seperti orang yang tidak punya harapan, stress bahkan akan terjerumus ke hal-hal yang tidak kita inginkan. Tentu orang tua tidak ingin anaknya seperti itu bukan?

Berikut ini adalah sikap bijak yang perlu orangtua terapkan ketika anak mendapat nilai jelek. Beri motivasi dan nasihat yang insya Allah lebih bermanfaat dibandingkan bila kita memarahinya.

Tanggapan Orang Tua Terhadap Nilai Raport Anak


1. Jangan Memarahi, menyalahkan, tapi beri motivasi pada anak

Ketika mendapat nilai tak memuaskan sebenarnya bukan orang tua saja yang akan merasa tak senang tapi juga si anak itu sendiri. ketika anak sedang dalam kondisi seperti itu tak seharusnya orang tua malah membuat anak tertekan dengan menyalahkan anak. tetap beri semangat dan motivasi pada anak.

2. Tetap berikan apresiasi

Orang tua seharusnya tak pelit apresiasi, meski hasil ujian si anak tak sesuai dengan harapan mereka. Jika anak sebelumnya sudah berupaya tekun belajar, orang tua sebaiknya memberi pemakluman pada hasil ujiannya.

Salah satu caranya adalah mengatakan pada si anak bahwa ia sudah berusaha keras. Karena itu, hasil ujian buruk bukanlah petaka. Namun, jika sebelumnya si anak malas-malasan, hasil ujian yang buruk harus digunakan orang tua sebagai bahan untuk memperbaiki proses belajar anak.

3. Jangan membandingkan Anak
Ini sangat penting demi menghindari hal-hal buruk yang tak diinginkan anak-anak. Setiap anak memiliki kemampuan berbeda. Mereka memiliki potensi masing-masing yang memang tidak bisa diperbandingkan. Oleh karena itu kita tidak boleh membanding-bandingkan mereka.

4. Ajari menerima kelemahan
Daripada meratapi hasil ujian sekolah yang buruk, lebih baik orang tua mengajak anak berpikir positif. Tanamkan pengertian bahwa hasil ujian sekolah yang buruk bukanlah pertanda kebodohan atau kegagalan, agar kepercayaan diri anak tidak terkoyak.

5. Kembangkan potensinya
Semakin tinggi nilai IQ, semakin spesifik juga bidang yang dikuasai seorang anak. Sayangnya, orang tua selama ini menuntut anak untuk sempurna hampir di semua bidang pelajaran.

 Mestinya,  orang tua berfokus mengembangkan potensi anak. Jika dari tes IQ dan ujian sekolah anak diketahui berbakat dalam bidang bahasa, misalnya, dukung dia mengembangkan diri pada bidang tersebut.

6. Tetap bangun motivasi
Tugas orangtua yang lebih penting adalah membangun motivasi anak. 

Anak-anak yang mengalami penurunan prestasi atau kegagalan mestinya harus mendapat pendampingan dan motivasi. Memarahinya apa lagi hal yang telah terjadi tiada guna.

Lebih baik merencanakan ke depan yang lebih baik.  Orangtua sebaiknya terus menjadi pendamping dan motivator terbaik bagi anak-anak.

Seyogyanya Orang tua tidak membiasakan anak memprioritaskan hasil, termasuk dalam ujian di sekolah. Jika diajarkan untuk berorientasi pada hasil, anak akan cenderung tertekan dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Lebih baik orang tua melatih anak untuk memperbaiki proses, dalam hal ini cara belajarnya.

Sebab, selain faktor kecerdasan intelektual, anak membutuhkan kondisi ideal agar sukses belajar. Kondisi ideal tersebut didapat anak jika orang tua memberikan nilai positif pada mereka, yakni dengan memberi semangat, apresiasi, dan pendampingan yang tidak disertai tuntutan berlebihan. Jika si anak gagal, orang tua jangan keburu kesal.

Demikianlah penjelasan yang tribunsumsel sarikan dari laman arridho.id dan sumber lainnya. Semoga bermanfaat. (lis/berbagai sumber).

Contact to : [email protected]


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.